RSS Subscription

Subscribe via RSS reader:
Subscribe via Email Address:
 

Kemuliaan Islam Di Mata Musuh-Musuhnya

Posted By Pekikz On 08:53 Under , ,
Islam adalah agama yang diterima di sisi Alloh, dan merupakan agama yang paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini. Sampai-sampai, Henry De Syambon, seorang sejarawan Perancis mengatakan,
"Seandainya tidak karena kemengangan Karel Martel atas muslimin dan panglimanya Al-Ghifaqi, tentulah Spanyol akan bisa hidup dalam KEARIFAN ISLAM, dan tidak terbelakang hingga delapan abad."
Dan Islam juga disegani oleh musuh-musuhnya, bahkan ada sebagiannya yang justru berharap untuk bisa hidup berdampingan dengan kaum muslimin. Sebagaimana kisah berikut ini, semoga bermanfaat.


Ath-Thabari telah mengisahkan kepada kita dari Thufail bin Mirdas, beliau bercerita:

"Tatkala Amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai khalifah, beliau menulis surat untuk SUlaiman bin Abi As-Sari, gubernur beliau di Shugdi yang isinya: "Buatlah pondok-pondok di negerimu untuk menjamu kaum muslimin. Jika salah seorang antara mereka lewat, maka jamulah ia sehari semalam, perbaguslah keadaanya dan rawatlah kendaraannya.

Jika dia mengeluhkan kususahan, maka perintahkan pegawaimu utuk menjamunya selama dua hari dan bantulah ia keluar dari kesusahannya. Jika ia tersesat jalan, tidak ada penolong baginya dan tidak ada kendaraan yang bisa dia tunggangi, maka berikanlah kepadanya sesuatu yang menjadi kebutuhannya hingga ia bisa pulang ke tempat asalnya."


Gubernur Sulaiman segera melaksanakan titah amirul mukminin. Dia membangun pondok-pondok sebagaimana yang diperintahkan amirul mukminin untuk disediakan bagi kaum muslimin. Lalu berita tersebut tersebar di segala penjuru. Orang-orang dari belahan bumi Islam di barat dan di timur ramai membicarakannya dan menyebut-nyebut keadilan dan ketaqwaan khalifah.


Hingga sampai pula berita itu kepada penduduk Samarkand. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Mereka mendatangi gubernur Sulaiman bin As-Sari dan berkata: "Sesungguhnya pendahulu anda yang bernama Qutaibah bin Muslim Al-Bahili telah merampas negeri kami tanpa mendakwahi kami terlebih dahulu. Dia tidak sebagaimana yang kalian lakukan, yakni menawarkan pilihan sebelum memerangi. Yang kami tahu, kalian menyeru musuh-musuh agar mau masuk Islam terlebih dahulu. Jika mereka menolak, kalian menyuruh mereka untuk membayar jizyah, jika mereka menolaknya barulah kalian memberikan ultimatum perang.


Sekarang, kami melihat keadilan khalifah anda dan ketaqwaannya. Sehingga kami berhasrat untuk mengadukan perlakukan pasukan kalian kepada kami. Dan kami meminta tolong kepada kalian atas apa yang telah dilakukan salah seorang panglima perang kalina terhadap kami. Maka izinkanlah wahai amir agar salah satu dari kamu melaporka hal itu kepada khalifah anda dan untuk mengadukan kedzaliman yang telah kami rasakan. Jika kami memang memiliki hak untuk itu maka berikanlah untuk kami, namun jika tidak, kami akan pulang kembali ke asal kami."

Gubernur Sulaiman mengizinkan salah seorag dari mereka menjadi duta untuk menemui khalifah di negeri Damaskus. Ketika utusan tersebut sampai di rumah khalifah dan mengadukan persoalan mereka kepada khalifah muslimin Umar bin Abdul Aziz, maka khalifah menulis surat untuk gubernurnya Sulaiman bin As-Sari yang antara lain berisi:

"Amma ba'du. Jika surat saya ini telah sampai kepada anda, maka tunjuklah seorang qadhi untuk penduduk Samarkand yang akan mempelajari aduan mereka. Jika qadhi itu telah memutuskan bahwa kebenaran di pihak mereka, maka perintahkan kepada seluruh pasukan kaum muslimin untuk meninggalkan kota mereka. Ajaklah kaum muslimin yang telah tinggal bersama mereka untuk segera kembali ke negeri mereka. Lalu pulihkanlah situasi seperti semula sebagaimana tatkala kita belum memasukinya. Yakni sebelum Qutaibah bin Muslim Al-Bahili masuk ke negeri mereka."

Sampailah utusan itu kepada Sulaiman lalu dia serahkan surat dari amirul mukminin kepada beliau. Gubernur segera menunjuk seorang qadhi yang terkemuka bernama Jumai' bin Hadhir An-Naaji. Beliau segera mempelajari aduan mereka, beliau meminta agar mereka menceritakan perkara mereka. Juga mendengar kesaksian dari beberapa saksi dari pasukan muslim dan pemuka penduduk Samarkand, maka sang qadhi membenarkan tuduhan penduduk Samarkand dan pengadilan memenangkan pihak mereka.

Kemudian, gubernur memerintahkan kepada seluruh pasukan kaum muslimin untuk meninggalkan kota Samarkand dan kembali ke markas-markas mereka. Namun tetap bersiap siaga berjihad pada kesempatan yang lain. Mungkin akan kembali memasuki negeri mereka dengan damai, atau akan mengalahkan mereka dengan peperangan, atau bisa jadi pula bukan taqdirnya untuk menaklukan mereka.


Tatkala para pembesar Samarkand mendengar keputusan qadhi yang memenangkan urusan mereka, masing-masing berbisik satu sama lain,
"Celaka, kalian telah hidup berdampingan dengan kaum muslimin dan tinggal bersama mereka, sedangkan kalian mengetahui KEPRIBADIAN, KEADILAN, dan KEJUJURAN mereka sebagaimana yang kalian lihat, mintalah agar mereka tetap tinggal bersama kita, bergaullah kepada mereka dengan baik, dan berbahagialah kalian tinggal bersama mereka..."
(Shuwaru min Hayati at-Tabi'in)


Subhanalloh, kemanakah kaum muslimin yang seperti itu? Kaum muslimin yang KEPRIBADIAN, KEADILAN dan KEJUJURANNYA benar-benar terkenal dikalangan musuh-musuhnya.

Akan tetapi saat ini, kaum muslimin justru menjadi bulan-bulanan kaum kafir, bagaikan buih lautan, banyak jumlahnya tapi tak bermakna.

Apakah telah datang zamannya yang disabdakan oleh Rosul Sholollohu 'alaihi wa salam?
"Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring. Berkata seseorang : Apakah karena sedikitnya kami waktu itu ? Beliau bersabda : Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan didalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya : Wahai Rasulullah, apakah wahn itu ? Beliau bersabda : Mencintai dunia dan takut mati." [Riwayat Abu Dawud no. 4297. Ahmad V/278. Abu Na'im dalam Al-Hailah].
Dan sabda beliau sholollohu 'alaihi wa salam:
"Jika kamu telah berjual beli dengan sistem 'innah, memegang ekor sapi dan ridlo dengan pekerjaan bertani serta meninggalkan jihad (dijalan Allah), niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kamu, Dia tidak akan mencabutnya dari kalian, hingga kalian kembali kepada agamamu." [Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, jilid I hal.42 No.11]
Inilah realitas yang terjadi di sebagian kaum muslimin saat ini, mereka mencintai dunia dan takut mati, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hazm Al-A'roj ketika ditanyai oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, "Mengapa kita membenci kematian?", Abu Hazm Al-A'roj menjawab, "Karena kita memakmurkan dunia kita dan mengancurkan akhirat kita. Akhirnya kita benci keluar dari kemakmuran menuju kehancuran."

Maka, kaum muslimin, marilah kita menjadi generasi juara, sebuah generasi yang menjadi juara dalam perlombaan kebaikan di muka bumi, dan menjadi juara dalam bersegera menuju kepada ampunan Alloh yang luasnya seluas langit dan bumi.


Jadilah sebagaimana generasi juara umat ini, yaitu para Shahabat, tabi'in, dan atba'ut tabi'in. Seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun, salah seorang sejarawan islam dalam Al-Muqaddimahnya,
"Kemunduran sebuah bangsa, karena mereka tidak mengenal sejarah dan tokoh-tokoh mereka."
Maka, saudaraku kaum muslimin, kenalilah tokoh-tokoh pendahulu kita dalam hal iman, ilmu, akhlaq, dan segala kebaikan yang lain. Serta ikutilah jalan mereka dengan baik, karena umat ini tidak akan menjadi baik, kecuali dengan apa-apa yang telah menjadikan baik para pendahulu kita.


Ahad, 13 Ramdhan 1431 H.
Abu Zahroh

Post a Comment